Di sebuah desa yang terletak di pinggir hutan hidup seorang
janda dan anak lelakinya. Pekerjaan sehari-hari janda
itu ialah mencari kayu bakar di hutan untuk dijual di pasar
yang ada di desa itu. Anaknya yang bernama Joko Lelono,
pekerjaan sehari-harinya mencari ikan di sungai yang mengalir tak jauh dari rumahnya.
Pada suatu hari, ketika Joko Lelono pergi memancing
ikan di sungai. Hingga sehari penuh, tak satu pun ikan yang
mau menyentuh kailnya.
tak satu pun ikan yang kudapat,” kata Joko Lelono dalam
hati. “Sebaiknya aku pulang saja daripada nanti kelamaan
di jalan. Kasihan ibu, pasti menunggu di rumah,” batin Joko
Lelono.
Ketika mengemasi peralatannya, tiba-tiba ia melihat sebuah
benda kuning keemasan yang bergerak-gerak menuju
ke arahnya. Ia mengamati benda itu. Ternyata, seekor keong
emas. Dipungutnya binatang itu dan dimasukkan ke tempat
ikan. Joko pun kemudian pulang ke rumah.
Sesampai di rumah, keong emas itu dimasukkan ke tempayan.
Joko berkata kepada ibunya bahwa hari ini ia hanya
mendapatkan seekor keong emas. Ibunya pun maklum
akan hal itu.
Keesokan harinya, si ibu dan anaknya itu kembali menekuni
pekerjaan sehari-hari masing-masing. Si ibu berangkat
mencari kayu bakar, sedangkan Joko Lelono mencari ikan
di sungai. Ketika pulang sore harinya, mereka terkejut oleh
hidangan lezat yang telah tersaji di atas meja makan.
“Joko, apakah kamu tadi yang memasaknya?” tanya ibu
itu.
“Tidak, Bu. Setelah ibu berangkat itu, aku juga segera
berangkat ke sungai,” jawab Joko Lelono.
“Jadi, siapa yang memasak makanan sebanyak ini?”
tanya si ibu tak mengerti.
“Bu, karena hidangan ini masih hangat dan kelihatannya
disiapkan untuk kita, bagaimana kalau kita santap bersama?”
ajak Joko Lelono.
“Baik juga usulmu,” kata ibu.
Akhirnya, malam itu mereka menyantap makanan yang
lezat dan setelah itu tertidur pulas. Kejadian tersebut terulang
sampai beberapa kali. Oleh karena penasaran, suatu
hari mereka berangkat bekerja, tetapi tidak langsung beranjak
pergi. Mereka mengintip dahulu ke dalam rumah. Joko
Lelono dan ibunya ingin tahu, siapa yang telah berbaik hati
memasakkan untuk mereka.
Sungguh, kejadian yang menakjubkan. Dari tempayan
tempat tinggal keong emas itu muncul seorang putri yang
sangat cantik. Ia turun dari tempayan. Putri itu kemudian
mulai membersihkan rumah dan memasak. Melihat hal itu,
Joko Lelono dan ibunya segera membuka pintu. Mendengar
pintu dibuka, sang putri segera berlari ke arah tempayan.
Namun, ia kalah cepat dengan Joko Lelono yang segera
memecah tempayan itu. Sang putri pun tak dapat lagi menjelma
menjadi keong emas. Sebenarnya, sang putri itu
adalah Galuh Candra Kirana, yang tak lain ialah istri Panji
Asmara Bangun.
Melihat Galuh Candra Kirana, Joko Lelono pun memeluk
sang putri itu erat-erat karena dialah yang selama ini dicaricarinya.
Joko Lelono sebenarnya bukan anak kandung
janda itu. Ia adalah Panji Asmara Bangun yang hidup menumpang
pada seorang janda dalam perjalanannya mencari
Putri Candra Kirana.
Oleh karena kebaikan sang janda yang telah mempertemukan
mereka, ia diajak kembali ke kerajaan dan menjadi
pelayan setianya. Akhirnya, mereka pun hidup bahagia di
kerajaan.
(Cerita Rakyat dari Jawa Tengah)
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung.
Semoga menemukan yang anda cari.
Kami harapkan komentarnya, saran-kritik.
Silahkan telusuri laman berikutnya.