Dalam Tulisannya, Timothy Wibowo.,
Mendidik karakter adalah bahasan unik, mengapa unik? Karena
bahasan ini bisa “lari” kemana-mana bila kita membahas tentang manusia. Dan
masalah tentang manusia adalah pekerjaan yang tidak ada habisnya, dari manusia
lahir hingga meninggal banyak kejadian ajaib serta memalukan terjadi dalam
kehidupannya.
Manusia adalah
faktor penting dalam menciptakan kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik dan
sejahtera itu dapat dibentuk dan diciptakan. Pertanyaannya bagaimana
membentuknya?
Bentuklah dari
kebiasaan. Sebagai contoh, di Hong Kong kepadatan lalu lintas tidak seruwet di
Jakarta, bahkan cenderung sepi dan lenggang. Dengan penduduk sekitar 8,8 juta
lalu lintas
kendaraan di Hong Kong termasuk lenggang, bahkan hari-hari sibuk
juga lenggang. Apa orang hongkong tidak memiliki kendaraan? Tidak, ternyata di
Hong Kong ada 2 kehidupan, kehidupan di dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas
adalah dunia yang saya maksudkan lenggang, tetapi dunia bawah adalah jalur
subway atau kereta bawah tanah.
Jelas lebih
padat aktifitas transportasi di dunia bawah. Hampir semua penduduk Hong Kong
menggunakan fasilitas ini. Walaupun padat, tetapi meraka sangat teratur. Keluar
melalui pintu samping kanan dan penumpang masuk melalui pintu samping kiri,
rapi dan teratur. Bagaimana ini bisa terjadi?
Ternyata ini adalah proses dari
pembiasaan, hal ini sudah di biasakan sejak anak di sekolah dasar, sekolah mengajarkan
keteraturan-keteraturan ini sejak usia dini. Mereka dibiasakan untuk melakukan
ini, sehingga kelak mereka terbiasa. Para pembaca sekalian, anda tahu berapa
waktu yang di butuhkan untuk membentuk karakterseperti
ini? Apakah 6 bulan? 1 tahun? Ini butuh proses yang
cukup lama dan perlu dibudayakan.
Indonesia memiliki nenek moyang yang ramah tamah dan sangat
santun dalam berelasi dengan sesama dan kehidupan kesehariannya. Tetapi mengapa
hingga ke belakang (saat ini), nilai itu
pudar semua? Australia, suku asli Aborigin, mereka jauh tidak beradap dan jauh
lebih brutal dari nenek moyang kita, tetapi kini mereka masuk dalam kategori
negara yang sangat teratur dan tingkat kehidupan yang cenderung makmur. Ungkap
seorang kawan yang bercerita kepada saya. Teringat juga saya ketika rekan saya
lebih tepatnya dosen pembimbing skripsi saya saat pulang dari Australia dan
kita bertemu di tahun 2012. Dia bercerita, saat terjadi banjir yang melumpuhkan
Brisbane, dosen saya termasuk orang yang beruntung karena dia tinggal di flat
yang agak tinggi dan tidak perlu mengungsi. “Orang disana tidak egois, rumah
yang masih ada penghuninya saling di datangi, entah mereka kenal apa tidak.
Mereka ketok setiap pintu mereka tawarkan bahan makan dan selimut, bertanya apa
yang kita butuhkan, mereka saling berbagi dengan mudahnya dan ikhlas”, “apakah
itu petugas khusus penanganan bencana yang datang kerumah anda?” tanya saya,
“bukan, itu adalah tetangga–tetangga saya yang senasib dengan saya, dan mereka
tidak tinggal di pengungsian” merinding saya dengar cerita tersebut. Bagaimana
mereka dapat hidup berdampingan seperti itu dan memperlakukan orang lain yang
bukan asli Australia seperti itu, tanpa pamrih.
Seandainya kita bisa berlaku seperti negara tetangga kita,
indahnya hidup dan kebersamaan ini. Hingga akhirnya saya diberi tahu suatu
fakta yang membuat otak saya “kram” sesaat. Ternyata untuk mendidik dan
menanamkan sikap seperti di negara tetangga kita itu butuh waktu minimal 16
tahun, secara kontinyu dan konsisten. Dan untuk mendidik anak baca dan tulis
serta berhitung tidak lebih dari 6 bulan. Orangtua di Australia, tidak pusing
jika anaknya belum bisa baca tulis, karena itu akan dikuasai dalam 6 bulan ke
depan, tetapi sikap disiplin dan pembentukan karakter diterapkan sedini mungkin, mereka tahu
itu lebih penting dari sekedar baca tulis diusia 3 -5 tahun.
Semoga hal ini bermanfaat, dapat membawa pencerahan dan
kebaikan bagi negara kita, dan tetap semangat dan
majulah pendidikan karakter di Indonesia.
Penulis,
Timothy Wibowo
http://www.pendidikankarakter.com
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung.
Semoga menemukan yang anda cari.
Kami harapkan komentarnya, saran-kritik.
Silahkan telusuri laman berikutnya.