(Timothy Wibowo)
Berikut ini adalah artikel yang berfokus pada pola dan
masalah belajar anak. Banyak sekali pertanyaan tentang hal ini yang
muncul di website kami, berkaitan mengenai masalah belajar anak. Kita akan memahami dan belajar tentang faktor psikologis mengapa anak
bermasalah dengan nilai di
sekolah. Sebelum kita lebih
jauh berinteraksi, pahami bahwa nilai atau angka(simbol) bukan satu-satunya
penentu kesuksesan anak kelak di masa depan. Semua yang dialami saat dia
sekolah akan banyak yang tidak digunakan kelak, jadi model pendidikan apa yang
akan digunakan seorang anak hingga dia dewasa dan dapat diwariskan? Ya,
didiklah karakternya dan tanamkan kesuksesan sejak awal di ladang karakternya.
Kenapa seorang anak ketika belajar di rumah bisa, diberi soal lebih susah daripada di
sekolah juga bisa,
bahkan waktu di tempat les
dia diberi latihan soal yang banyak juga bisa, meskipun soalnya lebih sulit
juga bisa, tetapi ketika ulangan tiba-tiba nilainya jelek. Nah apakah anda
pernah punya masalah seperti ini? Anda yang punya anak SD, pasti sering
mengalami masalah-masalah seperti ini. Anda pasti merasa jengkel ketika
mengetahui bahwa anak anda yang tadi malam belajar sudah bisa semua, tapi ketika ulangan ternyata
ulangannya dapat nilai jelek. Jika ini terjadi sekali dua kali mungkin anda
bisa memakluminya, tapi jika ini terjadi berulang kali, anda pasti mulai
jengkel pada
anak anda. Bahkan bisa jadi anda frustasi
dan kemudian malah mengeluarkan kata-kata negatif.
Nah apakah yang terjadi
dibalik masalah ini. Seorang anak yang bisa sewaktu mengerjakan soal di rumah
dan kemudian gagal waktu dia ulangan. Untuk hal-hal yang sama dan itu berulang
kali, maka ada tiga hal yang perlu anda waspadai:
1. Anda perlu curiga bahwa anak ini mengalami
kecemasan yang tersembunyi
Anda pasti bertanya
nggak mungkin? dia cemas dari mana….kenapa koq dia cemas?
Kecemasan yang tersembunyi ini disebabkan oleh banyak
faktor. Ya, jadi bisa jadi tuntutan yang terlalu tinggi dari kitaorang
tua atau mungkin bahkan dari gurunya.
Tuntutan ini tidak bisa membuat si anak menunjukkan kwalitas optimalnya.
Sehingga ketika ulangan,yang terbayang adalah ketakutan bahwa dia tidak bisa
memenuhi tutuntan dari si orang
tua. Atau tuntutan dari
gurunya mungkin. Nah anda tahu, Ketika kita itu cemas maka kita tidak bisa
berpikir secara jernih.Anda tentu pernah mengalaminya bukan? ketika anda sedang
cemas, sedang stres berat. Maka hal yang sepele tentunya bisa jadi terlupakan.
Nah ini yang terjadi pada
anak-anak kita. Mereka
cemas karena tuntutan kita yang terlalu tinggi,atau keharusan untuk menguasai
sesuatu.
Ketika mereka merasa tidak mampu,kecemasan itu
menghantui pikirannya. Dan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya tiba-tiba
“blank”, pada saat ulangan. Ini juga sering terjadi pada kita. Ingatkah anda pada
saat dulu anda kuliah? Mungkin masih SMA bahkan? Ketika kita ulangan tiba-tiba
saja mendadak lupa akan jawaban yang harus kita tuliskan disana. Padahal tadi
malam jelas-jelas kita sudah belajar, hal tersebut. Nah ketika kita
menghadapi ulangan tiba-tiba saja hilang jawabannya. Apalagi ketika sang guru atau dosen mengatakan 5 menit lagi anda harus
mengumpulkan,dan waktunya habis. Oke, makin kita paksa akhirnya kita stress dan
akhirnya kita lupa. Dan anehnya ketika kita sudah mengumpulkan lembar jawaban,
keluar dari ruang ujian tiba-tiba jawabannya muncul dalam pikiran kita. “ahh..”
kenapa tidak dari tadi munculnya, anda pasti menggerutu pada diri anda sendiri.
Anda pernah mengalami hal itu bukan?
Nah ini yang terjadi pada
anak-anak kita. Jadi ketika
mereka ulangan,maka sebaiknya jangan sampai mereka itu cemas. Tuntutan –
tuntutan kita membuat mereka cemas. karena itu kita perlu instropeksi diri,
apakah selama ini kita sudah menerima mereka apa adanya. Ya,kebanyakan dari
kita berharap agar nilai mereka bagus. Tapi begitu nilai mereka jelek, kita
mulai menuntut mereka. “Kenapa sih nilai kamu koq jelek?” Jarang sekali ada orang
tua yang mengatakan, “oh iya saya bisa
memahami kamu na, Apa yang mama/papa bisa bantu agar lain kali nilaimu lebih
bagus lagi”. Jadi ketika seorang anak mempunyai nilai jelek, hal yang kita
perlu lakukan adalah memahami dulu perasaannya. Saya yakin anak itupun tidak
ingin nilainya jelek, bukan hanya kita. Diapun juga tidak ingin nilainya jelek
tentunya. Tapi kenyataan yang dihadapi lain.
Ketika nilainya sudah jelek, dia sedih tetapi kita
malah memarahi dia. Dia akan merasa bahwa dirinya tidak dipahami dan tidak
dimengerti. Di lain hari kecemasan itu muncul dalam dirinya. Dia akan merasa,
“aduh kalau saya jelek lagi saya pasti dimarahi lagi”, “saya pasti mengecewakan
mama saya”. Pernah ada satu kasus dimana seorang anak tidak mau berangkat
sekolah gara-gara hari itu ada ulangan. Dia mengatakan pada mamanya saya takut
ma, “kenapa takut?” Tanya mamanya. “saya takut mengecewakan mama kalau nilai
saya jelek”. Dan ini dilontarkan oleh seorang anak kelas 2 SD. Nah,dari
kejadian tersebut sang mama belajar bahwa selama ini, dia sering berkata “mama nga masalah
dengan nilai mu”. Tetapi kenyataannya dia membuat anaknya cemas. Jadi terkadang
kita sebagai orang
tuahanya mengatakan,
“nggak.. nilai berapapun saya nggak masalah koq”. Tapi ternyata itu hanya di
mulut saja. kenyataannya si anak merasakan hal yang berbeda, dia merasakan
tuntutan orang
tua yang terlalu tinggi.
Nah, untuk masalah ini
sebaiknya kita perlu koreksi diri bagaimana caranya kita menerima seorang anak
apa adanya, tidak tergantung dari nilainya. Ingat sebenernya nilai itu hanya
mengindikasikan dia sudah bisa atau belum.Berbahagialah ketika nilai anak anda
jelek. Karena apa? sekarang anda tahu mana yang dia itu belum bisa.
Pembelajaran yang baik harusnya ditujukan untuk meningkatkan seorang anak
sehingga ia bisa kompeten di dalam bidangnya. Bukan untuk melabel dia pintar
atau bodoh.
2. Sebab yang lain adalah karena perlakuan-perlakuan
negatif yang pernah di terima seorang anak bisa di rumah, bisadi
sekolah.
Misalnya, ketika seorang anak nilainya jelek, kemudian
kita marah-marahin dia, bahkan mungkin di hukum. Suruh berdiri di pojok, nggak
boleh makan. Atau apapun yang kita bisa lakukan untuk itu. Nah ketika dia
menerima perlakuan itu,maka perlakuan itu akan membekas di memorinya.
Berikutnya ketika dia ulangan lagi di lain kesempatan maka yang dia liat di
lembar soalnya bukan soal yang harus dibaca, tetapi wajah orang tuanya yang
sedang marah. Wajah ini tiba-tiba saja muncul terbayang di dalam pikirannya.
Anda bisa bayangkan jika kita berhadapan dengan soal ujian dan kemudian yang
muncul adalah ketakutan membayangkan wajah orang
tua yang sedang marah, karena kita tidak
bisa. Atau mungkin wajah guru yang memalukan kita di depan teman-teman kita. Maka
semua yang kita pelajari tiba-tiba saja menjadi hilang dan akhirnya ulangannya
jelek.
Baiklah, jika ini terjadi sebaiknya anda perlu segera
minta maaf pada
anak anda. Anda cukup mengatakan, “tempo
hari waktu ulangan kamu jelek,dan kemudian papa atau mama marah sama kamu saat
itu perasaan kamu bagaimana?” apapun yang di jawab oleh anak anda terima apa
adanya. Misalkan dia menjawab, Saya takutlah, saya merasa ini itu apapun itu
anda tinggal ngomong “Oke Maaf, papa mungkin saat itu keceplosan ngomong. Atau
mungkin saat itu mama lepas control sehingga memarahi kamu terlalu dalam. Tapi
sebenernya maksud mama sangat baik. Kamu mau nggak maafin mama? Mama lain kali
janji akan mendukung kamu jika nilai kamu jelek, kita akan cari solusinya
sama-sama dan kamu boleh tanya sama mama bagaimana supaya jadi nilainya baik.
Kamu pasti kepengen nilai kamu juga baik juga kan?” Nah, itu tentunya jauh
lebih baik bagi si anak. Daripada kita hanya sekedar memarahinya, memintanya belajar, memaksanya belajar tanpa sama sekali mengakui perasaannya untuk diberi
kasih saying dan untuk di terima apa adanya.
3. Sebab yang lain adalah kurangnya perhatian
berkualitas.
Mungkin anda bertanya, “ah mana mungkin saya tidak
memperhatikan anak saya”. Betul,saya percaya dan yakin bahwa setiap orang
tua pasti memperhatikan anaknya.Tetapi
terkadang perhatian yang kita berikan itu tidak cocok dengan apa yang
diinginkan oleh si anak, yang saya maksud dengan perhatian di sini adalah
perhatian yang berkuwalitas. Dalam arti kita memperhatikan juga
perasaan-perasaan si anak. Bukan Cuma memperhatikan tugas-tugas yang dia harus
slesaikan. Kebanyakan dari kita hanya memperhatikan tugas –tugas yang harus di
selesaikan oleh seorang anak. Kita hanya memperhatikan kamu sudah ngerjakan PR
belum? kamu sudah belajar belum? pensil kamu sudah diraut belum? Besok kalau
ulangan kamu sudah siapkan pensil atau bolpointnya? Buku kamu sudah kamu siapin
belum? kita hanya memperhatikan aspek-aspek fisik. Kita tidak memperhatikan
aspek-aspek perasaan dari si anak.
Padahal yang jauh lebih dibutuhkanseorang anak adalah
perhatian akan perasaan-perasaannya sehingga dia bener-bener di terima secara
utuh oleh orang tuanya. Anda bisa memberikan perhatian berkuwalitas ini dengan
lebih baik, dengan cara membaca artikel saya yang berjudul “Pentingnya Memahami Kebutuhan Emosional Anak”. Itu adalah salah satu cara terbaik
untuk memberikan perhatian berkualitas pada
anak Anda.
Salam
Timothy Wibowo
No comments:
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung.
Semoga menemukan yang anda cari.
Kami harapkan komentarnya, saran-kritik.
Silahkan telusuri laman berikutnya.